|Long March| Seminari menengah St.Paulus Palembang 2017

Bersama Bunda, Kami Bisa!

1.      Gundah gulana
Para seminaris sedang mendengarkan pengarahan oleh tim panitia

            Tengg… tengg…. Kumpul.. kumpul…suara itu membangunkan kami dari istirahat singkat kami malam ini. Kami berkumpul dalam kelompok yang telah dibagi. “Walaupun haus nggak ngefek, walaupun dingin nggak ngefek… blabla.” Itulah salah satu dari sekian banyak yel-yel yang telah dibuat dan dilantunkan oleh masing-masing kelompok dengan penuh semangat, hingga suasana menjadi berkobar-kobar. Dengan baju hitam, putih, bertuliskan Seminari dibagian belakang, kami memulai perjalanan panjang kami menuju ke Gereja Paroki St. Petrus Kenten. Tepat jam 00.00, kami berencana akan mulai beranjak menuju ke paroki Kenten, tetapi Tuhan berkehendak lain, hujan lebat mengguyur sehingga rencana kami untuk memulai perjalanan panjang sempat terhambat. Tim panitia yang terdiri dari sebagian orang dari kelas Rethorica bersama dan para staff memutuskan untuk menunda perjalanan. Banyak dari kami merasa cemas, kalau-kalau hujan reda baru setelah matahari terbit yang berarti bahwa acara Long march (perjalanan panjang) kami dibatalkan.
            Baru setelah pukul 01.00 WIB, hujan reda. Kami berkumpul lagi di Refter (ruang makan) untuk memberi pengarahan singkat tentang perjalanan panjang kami (Long March) yang bertemakan “Bersama Bunda, Membangun Kesatuan bangsa”, lalu mempersilahkan satu per satu kelompok memulai perjalanannya dengan selisih waktu sekitar 15 menit.

2.      Paroki Sanfrades, kami datang!

Perjalanan kami berhenti pada pemberhentian kedua setelah di seminari tadi, yaitu di Paroki Sanfrades (Santo Fransiskus De Sales). Disana, tim panitia memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk berdoa Rosario bersama di taman Maria dengan maksud agar dalam doa, para seminaris mampu memperoleh pemaknaan dari perjalanan yang baru dilakukan tadi. Banyak dari kami (para seminaris) sampai di pos ini masih dalam keadaan semangat dan belum terlihat begitu lelah.
Para seminaris berdoa di taman Maria Paroki SanFrades  Palembang

            Pada pukul 03.30 WIB semua kelompok telah melewati pos ini, dan kemudian melanjutkan perjalanannya. Kelompok yang telah selesai melakukan Rosario dipersilahkan kembali untuk meneruskan perjalanan sampai ke pos selanjutnya, yaitu daerah Celentang.

3.      Masih Bernyala-nyala
Selepas dari Sanfrades, kelompok-kelompok tiba di pos selanjutnya yaitu pos Celentang. Di sana, Tim Panitia juga telah merancang kejutan lain bagi para seminaris. Kelompok pertama yang tiba lebih awal, tentunya merasakan lebih dulu kejutan yang diberikan. Kelompok diminta oleh panitia untuk melatih kerja sama sebagai suatu komunitas kecil dengan mengusahakan sebuah bola agar bisa keluar dari labirin yang telah dibuat. Dengan menggunakan kayu yang diikatkan dengan tali rafia yang masing-masing dipegang oleh seorang seminaris dalam kelompok, mulai untuk menggiring sebuah bola kecil agar keluar dari labirin yang berupa gambar dari kapur tulis.

Semua mengalami kesulitan, namun tak menyerah. Konsekuensi yang diperoleh mereka yang gagal yaitu coretan dengan menggunakan arang yang telah dicairkan di bagian wajah. Semua menjadi cemong-cemong. Tapi tetap saja, meskipun sudah hampir 10 kilo berjalan, belum terlihat ada tanda-tanda bahwa para seminaris terlihat lelah.


Terlihat beberapa dari para seminaris yang melakukan perjalanan ini, memegang Rosario untuk berdoa di sepanjang jalan. Sungguh menjadi suatu pemandangan yang menarik, dapat diartikan bahwa mereka yang membawa Rosario dan mendoakannya, mohon kekuatan dan perlindungan dari Bunda Maria. Mungkin itulah salah satu penyebab mereka masih tetap semangat dalam mengikuti Long March ini.

4.      Lihat, Kami telah membuktikannya!
Setelah melewati beberapa pos, tibalah saat yang membahagiakan yaitu tiba di pos akhir Paroki St. Petrus Kenten. Kelompok yang telah sampai masih harus menyelesaikan satu tugas lagi yaitu melakukan ibadat jalan salib. Masing-masing kelompok melakukannya dengan seksama dan terlihat khidmat serta sungguh menghayati ibadat jalan salib yang dilakukan. Meskipun sedikit lelah dan mungkin mengantuk juga, para seminaris masih dengan penuh semangat bersama Bunda Maria menyelesaikan tugas yang telah diberikan.
“Bagi saya long march tahun ini sungguh membantu saya meneguhkan panggilan saya untuk menjadi seorang imam…” kata Basilius Alfa Kristuaji siswa kelas Poecis (kelas 3 SMA) ketika dimintai pendapat mengenai kesan dan pesan. Rangkaian acara perjalanan panjang kami (Long March) kami tutup dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh RD. Ignatius Putra Setiahati yang dilakukan di pendopo taman doa Paroki St. Petrus Kenten, Palembang.
Belajar dari pengalaman melakukan perjalanan yang cukup jauh ini, para seminaris Seminari menengah St. Paulus Palembang dominan mengatakan bahwa “Perjalanan ini sungguh menguatkan saya.”  Program yang dilaksanakan setiap tahun ini ternyata membawa kesegaran iman bagi para seminaris. Melakukan perjalanan yang cukup jauh dengan banyak tantangan yang dilalui tidak membuat para seminaris mundur satu langkah pun untuk mencapai tujuan. Dengan penuh semangat, dan bersama Bunda Maria, para seminaris mampu membuktikan bahwa mereka bisa!
 
Para seminaris beserta staff pendamping berfoto di taman doa Gereja Paroki St.Petrus Kenten

Comments