Bersama Bunda,
Kami Bisa!
1. Gundah gulana
Para seminaris sedang mendengarkan pengarahan oleh tim panitia |
Tengg… tengg…. Kumpul.. kumpul…suara itu membangunkan kami dari istirahat singkat kami malam ini. Kami berkumpul dalam kelompok yang telah dibagi. “Walaupun haus nggak ngefek, walaupun dingin nggak ngefek… blabla.” Itulah salah satu dari sekian banyak yel-yel yang telah dibuat dan dilantunkan oleh masing-masing kelompok dengan penuh semangat, hingga suasana menjadi berkobar-kobar. Dengan baju hitam, putih, bertuliskan Seminari dibagian belakang, kami memulai perjalanan panjang kami menuju ke Gereja Paroki St. Petrus Kenten. Tepat jam 00.00, kami berencana akan mulai beranjak menuju ke paroki Kenten, tetapi Tuhan berkehendak lain, hujan lebat mengguyur sehingga rencana kami untuk memulai perjalanan panjang sempat terhambat. Tim panitia yang terdiri dari sebagian orang dari kelas Rethorica bersama dan para staff memutuskan untuk menunda perjalanan. Banyak dari kami merasa cemas, kalau-kalau hujan reda baru setelah matahari terbit yang berarti bahwa acara Long march (perjalanan panjang) kami dibatalkan.
Baru setelah pukul 01.00 WIB, hujan
reda. Kami berkumpul lagi di Refter
(ruang makan) untuk memberi pengarahan singkat tentang perjalanan panjang kami (Long March) yang bertemakan “Bersama
Bunda, Membangun Kesatuan bangsa”, lalu mempersilahkan satu per satu kelompok
memulai perjalanannya dengan selisih waktu sekitar 15 menit.
2.
Paroki
Sanfrades, kami datang!
Perjalanan kami
berhenti pada pemberhentian kedua setelah di seminari tadi, yaitu di Paroki
Sanfrades (Santo Fransiskus De Sales). Disana, tim panitia memberikan tugas
kepada masing-masing kelompok untuk berdoa Rosario bersama di taman Maria
dengan maksud agar dalam doa, para seminaris mampu memperoleh pemaknaan dari
perjalanan yang baru dilakukan tadi. Banyak dari kami (para seminaris) sampai
di pos ini masih dalam keadaan semangat dan belum terlihat begitu lelah.
Para seminaris berdoa di taman Maria Paroki SanFrades Palembang |
Pada pukul 03.30 WIB semua kelompok telah melewati pos ini, dan kemudian melanjutkan perjalanannya. Kelompok yang telah selesai melakukan Rosario dipersilahkan kembali untuk meneruskan perjalanan sampai ke pos selanjutnya, yaitu daerah Celentang.
3.
Masih
Bernyala-nyala
Selepas dari
Sanfrades, kelompok-kelompok tiba di pos selanjutnya yaitu pos Celentang. Di
sana, Tim Panitia juga telah merancang kejutan lain bagi para seminaris. Kelompok
pertama yang tiba lebih awal, tentunya merasakan lebih dulu kejutan yang
diberikan. Kelompok diminta oleh panitia untuk melatih kerja sama sebagai suatu
komunitas kecil dengan mengusahakan sebuah bola agar bisa keluar dari labirin
yang telah dibuat. Dengan menggunakan kayu yang diikatkan dengan tali rafia
yang masing-masing dipegang oleh seorang seminaris dalam kelompok, mulai untuk
menggiring sebuah bola kecil agar keluar dari labirin yang berupa gambar dari
kapur tulis.
Semua
mengalami kesulitan, namun tak menyerah. Konsekuensi yang diperoleh mereka yang
gagal yaitu coretan dengan menggunakan arang yang telah dicairkan di bagian
wajah. Semua menjadi cemong-cemong. Tapi
tetap saja, meskipun sudah hampir 10 kilo berjalan, belum terlihat ada
tanda-tanda bahwa para seminaris terlihat lelah.
Terlihat
beberapa dari para seminaris yang melakukan perjalanan ini, memegang Rosario
untuk berdoa di sepanjang jalan. Sungguh menjadi suatu pemandangan yang
menarik, dapat diartikan bahwa mereka yang membawa Rosario dan mendoakannya,
mohon kekuatan dan perlindungan dari Bunda Maria. Mungkin itulah salah satu
penyebab mereka masih tetap semangat dalam mengikuti Long March ini.
4.
Lihat,
Kami telah membuktikannya!
Setelah
melewati beberapa pos, tibalah saat yang membahagiakan yaitu tiba di pos akhir
Paroki St. Petrus Kenten. Kelompok yang telah sampai masih harus menyelesaikan
satu tugas lagi yaitu melakukan ibadat jalan salib. Masing-masing kelompok
melakukannya dengan seksama dan terlihat khidmat serta sungguh menghayati
ibadat jalan salib yang dilakukan. Meskipun sedikit lelah dan mungkin mengantuk
juga, para seminaris masih dengan penuh semangat bersama Bunda Maria
menyelesaikan tugas yang telah diberikan.
“Bagi saya long march
tahun ini sungguh membantu saya meneguhkan panggilan saya untuk menjadi seorang
imam…” kata Basilius Alfa Kristuaji siswa kelas Poecis
(kelas 3 SMA) ketika dimintai pendapat mengenai kesan dan pesan. Rangkaian
acara perjalanan panjang kami (Long
March) kami tutup dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh RD. Ignatius
Putra Setiahati yang dilakukan di pendopo taman doa Paroki St. Petrus Kenten,
Palembang.
Belajar
dari pengalaman melakukan perjalanan yang cukup jauh ini, para seminaris
Seminari menengah St. Paulus Palembang dominan mengatakan bahwa “Perjalanan ini sungguh menguatkan saya.” Program yang dilaksanakan setiap tahun ini
ternyata membawa kesegaran iman bagi para seminaris. Melakukan perjalanan yang
cukup jauh dengan banyak tantangan yang dilalui tidak membuat para seminaris
mundur satu langkah pun untuk mencapai tujuan. Dengan penuh semangat, dan
bersama Bunda Maria, para seminaris mampu membuktikan bahwa mereka bisa!
Comments
Post a Comment