BETIS
20 KM
Cerita
long march para seminaris Seminari menengah Santo Paulus Palembang
(CB
Dani Anggoro & Fransiskus Xaverius Niko Pratama)
Memulai
perjuangan dengan senyuman
Malam
ini para seminaris di Seminari menengah Santo Paulus Palembang tidur lebih awal
karena memang nanti malam akan melakukan suatu perjalanan yang cukup panjang. Tepat
pukul 23:30 WIB, mereka semua dibangunkan oleh suara bel. Setelah itu, mereka langsung bergegas mempersiapkan diri
sembari menunggu komando untuk berkumpul. Sekitar pukul 24.00 WIB mereka semua
dikumpulkan di ruang makan untuk diberikan pengarahan tentang perjalanan yang
akan mereka lalui. Mereka dibagi menjadi sepuluh kelompok, dengan masing-masing
anggota dalam kelompok itu berjumlah 12 orang.
“…Lakukanlah
perjalanan ini sebagai suatu sarana untuk semakin mengenal Kerahiman Allah.”
Kurang lebih seperti itu pengarahan yang diberikan oleh Romo Benediktus
Mulyono, SCJ selaku staff seminari.
Kelompok
pertama telah mengawali perjalanan long
march. Setelah 10 menit kemudian dilanjutkan oleh kelompok dua. Begitu seterusnya.
7
Kilometer pertama mencapai kesempurnaan
Perjalanan
menuju pos 2 yang berjarak ± 7 KM dilalui oleh masing-masing kelompok.
Disana mereka diberikan sebuah game untuk merangkai kata-kata dalam
kitab suci sesuai dengan yang telah ditentukan, setelah itu disampaikan secara
berantai dalam kelompok. Tujuan dari pos ini adalah agar para seminaris mampu
menjadi pewarta belaskasih yang nyata dan bukan rekayasa.
Perjalanan
menuju pos 2 jauh dari apa yang di harapkan oleh para seminaris. Dalam perjalanan,
tak jarang mereka dihadang para preman, dan godaan lainnya yang dapat membuat
semangat dan keberanian para seminaris luntur. Tapi berkat belaskasih Allah
semua kelompok dapat sampai di pos 2 dengan selamat. Setelah menyelesaikan
tantangan di pos 2 masing-masing kelompok melanjutkan perjalanan menuju ke pos
3 yang jaraknya ±5 KM dengan medan yang lebih berat.
Semangat
Belas Kasih kami Bukan semangat abal-abal
Meskipun
jarak yang lebih dekat dari pos sebelumnya. Namun, medan kali ini jauh lebih
berat dari pos sebelumnya. Hal itu dikarenakan, beberapa kelompok yang
mengalami gangguan seperti di hadang oleh segerombolan anak punk, bahkan dihadang oleh preman yang
membawa senjata tajam seperti linggis, pisau dan katana. Ditambah lagi cuaca yang gerimis dan jalan yang
bergelombang serta berbatu membuat semangat mereka benar-benar diuji.
Namun,
tak ada satu katapun yang terucap dari bibir para seminaris untuk menyerah dalam menyelesaikan tantangan ini. Justru
semangat mereka semakin berkobar-kobar. Malah, sebagian kelompok melakukan doa
Rosario di sepanjang perjalanan menuju pos-pos yang telah ditentukan.
Kerahiman
Tuhan semakin nyata
Dengan
kondisi yang cukup lapar masing-masing kelompok masih terus melanjutkan
perjalanan menuju Pos 3.
Sampai
di pos 3, mereka semua diberikan suatu pelajaran berharga dari tema belaskasih
Allah. Melalui makanan arem-arem yang
disediakan oleh panitia dengan jumlah yang tak sesuai dengan jumlah anggota
dalam satu kelompok. Para seminaris belajar untuk bagaimana caranya mensyukuri
apa yang ada. Mereka juga diajak untuk berpikir cerdik untuk merancang strategi
agar makanan yang kurang itu bisa dinikmati dan cukup untuk semua anggota dalam
satu kelompok.
Setelah
menikmati pelajaran di pos 3, mereka melanjutkan perjalanan menuju pos 4 yang
jaraknya ± 7 KM dari pos 3. Perjalanan nampaknya semakin jauh malah semakin
sulit. Untuk menuju pos 4 mereka disuguhi jalan dengan tanah yang lengket
akibat hujan deras dan kondisi jalan yang naik turun sehingga banyak menguras
tenaga para seminaris.
Sesampainya,
di pos 4 mereka kembali disuguhi sebuah tantangan yaitu membawa sebuah bola ping pong yang diletakkan dalam piring
dan diikat dengan banyak tali yang kemudian ujung tali diikatkan di kepala
masing-masing anggota kelompok. Yang berhasil menyelesaikan tantangan ini hanya
ada 6 kelompok.
Dari sana mereka berusaha untuk jangan
saling menghakimi ketika ada salah satu dari sesama mereka yang melakukan
kesalahan.
Garis akhir pembawa
sukacita
Setelah melalui pos ke 4
masing-masing kelompok langsung menuju ke pos akhir yaitu di Gua Maria Rosa
Mystica.
Di pos akhir masing-masing kelompok
diminta untuk merefleksikan lambang dari kelompok mereka dan bagaiman kerahiman
Allah dirasakan sepanjang perjalanan menuju ke garis akhir.
Namun, di bagian ini ada terjadi
kebingungan, karena ada satu kelompok yang belum sampai. Kelompok itu
seharusnya sudah sampai pertama kali. Namun, hingga kelompok akhir tiba mereka
belum juga tiba. Akhirnya panitia, mengerahkan tenaga untuk mencari mereka
menggunakan kendaraan roda empat. Waktu pencarian tak begitu lama hingga
akhirnya mereka ditemukan dan sebagian ada yang dibawa ke garis akhir dengan
mengendarai mobil karena sudah merasa tidak kuat lagi.
“Tadi itu… kami lupa jalan
seharusnya belok tapi kami malah lurus sampai KM 23 tepat di gudang teh.. mana
gitu.” Kata salah satu anggota kelompok yang tersesat itu.
Akhirnya semua kelompok telah
berkumpul dan semua anggota komunitas Seminari Menengah Santo Paulus Palembang
mengakhiri acara Long march ini
dengan perayaan Ekaristi.
Comments
Post a Comment